PENGARUH MEDAN LISTRIK SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) PADA
KESEHATAN DAN LINGKUNGAN HIDUP
Janter
Napitupulu
Jurusan Teknik Elektro, Universitas Darma Agung, Medan
Jl. DR. TD.Pardede No. 21, Medan 20153, Indonesia
Abstrak
Pembangunan
Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) sering mengundang kontroversi di
tengah-tengah masyarakat. Terutama bagi masyarakat yang pemukimannya terletak
dibawah Saluran Udara Tegangan Tinggi. Sebagian masyarakat menyatakan sebaran
medan elektromagnetik mempengaruhi kesehatan mereka. Setelah bertahun-tahun
tinggal dibawah SUTT, penyakit yang dialami seperti kurang darah, sampai kepada
kemandulan merupakan dampak penting yang terjadi akibat sebaran medan
elektromagnetik.
Berdasarkan
penelitian yang sudah dilakukan, sebaran medan elektromagnetik yaitu medan
listrik dan medan magnet akan mempengaruhi kesehatan manusia bila nilainya
melewati batas exposure sebesar 10 KVrms/m dan kerapatan Fluksi magnet sebesar
0,5 mTrms.
Oleh karena itu,
pembangunan SUTT harus memperhatikan dampak penting ini melalui Analisis
mengenai dampak lingkungan hidup yang disingkat Amdal merupakan kajian mengenai
dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan
hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan
usaha dan/atau kegiatan, menurut Permen
LH-2010 psl 1.
Kata kunci: Konsep Beban Listrik, Medan
elektromagnetik, Hukum lingkungan
PERANAN DAN PROSPEK PENANAMAN MODAL
DALAM MENINGKATKAN PEMBANGUNAN
Drs.
Jonner Lumban Gaol
Fakultas Ekonomi, Universitas Darma Agung, Medan
Jl. DR. TD.Pardede No. 21, Medan 20153, Indonesia
Abstrak
Modal merupakan
salah satu faktor yang dominan dalam meningkatkan pembangunan ekonomi suatu
Negara, sering menjadi masalah yang konflik bagi negara sedang berkembang,
sehingga dalam memacu pembangunan ekonominya, negara sedang berkembang
cenderung melakukan pinjaman dari luar negeri, dalam hal ini negara- negara
maju. Pinjaman di atas pada mulanya memang mengembirakan, namun kenyataan
terakhir menunjukkan bahwa negara maju tidak lagi memberikan pinjaman atau
membatasi pinjaman kepada negara sedang berkembang.
Jumlah
penanaman modal ( Investasi ) baik ditinjau dari segi jumlah proyek maupun
jumlah modal yang dilakukan pemerintah maupun swasta sampai saat ini relatif
rendah / kecil.. Karena masih begitu kecilnya peranan penanaman modal terhadap
pembangunan ekonomi maka dapat dikatakan penyebab keterbelakangan pembangunan
daerah adalah karena kecilnya penanaman modal. Sehingga dapat kita katakan
penanaman modal merupakan jawaban yang tepat bagi pembangunan
Investasi sangat besar peranannya dalam memacu
pembangunan maka diharapkan pemerintah daerah mendukung penggalakan penanaman
modal di daerah terutama melalui pelayanan dan penyederhanaan birokrasi agar
investor semakin terangsang menanam modal. Untuk mendorong investasi di daerah
maka satu hal yang perlu diingat adalah
memperbaiki iklim investasi antara lain pemerintah meningkatkan
pembangunan prasarana ( infrastruktur ) dan fasilitas yang dapat memperlancar
penanaman modal.
Kata
kunci: Peranan Penanaman Modal
APLIKASI GEOLISTRIK RESISTIVITAS UNTUK MENENTUKAN CADANGAN DAN PENYEBARAN ENDAPAN BATUBARA
(Studi Kasus: Daerah Aek Rantau Panjang, Sumatera Utara)
A. Halawa dan L.
Ketaren
Fakultas Teknologi Mineral, Institut Sains dan Teknologi TD.Pardede, Medan
Jl. DR. TD.Pardede No. 8, Kampus ISTP, Medan 20153, Indonesia
Abstrak
Metoda penelitian ini melalui serangkaian tahap pekerjaan hingga pada upaya perolehan data
geolistrik yang sesungguhnya di lapangan, yaitu studi literatur yang diawali dengan pengkajian metoda geolistrik secara
teoritis yang mencakup prinsip dasar, asumsi-asumsi dasar hubungan kelistrikan
dan sifat-sifat fisika bawah permukaan bumi, serta konfigurasi elektroda yang
sesuai dengan sifat fisik objek penelitian. Kajian toritis tersebut disusun menjadi suatu rangkaian kerja yang
dapat diapplikasikan dalam keadaan sebenarnya di lapangan sebagai kasus studi
banding untuk membuktikan kebenaran teori yang telah dikaji. Dari hasil data lapangan dikethaui bahwa
terdapat beberapa lapisan cross
section vertical pada line I (N 110 0E)
dengan karakteristik bahwa lapisan
pertama merupakan top soil dengan ketebalan 1-1.5 meter dan tahanan
jenisnya 150 -2150 Ohmeter, lapisan
kedua, terdiri dari lapisan batubara, claystone
karbonatan dan sandstone dengan
ketebalannya 1.5 – 6 meter dan tahanan jenisnya 145-1500 Ohm meter, lapisan ketiga, merupakan lapisan sandstone dan claystone dengan ketebalan 4-19 meter
dan tahanan jenis 25-1350 Ohm meter, lapisan
ke empat, terdiri dari claystone,
claystone karbonatan dan sandstone
dengan tahanan jenis 50-300 Ohm meter. Sedangkan pada line II, tidak terdeteksi lapisan yang mengandung batubara. Namun
dari hasil interpretasi data geologi dan geoelectrical
resistivity dapat disimpulkan bahwa ada endapan batubara tersebar di
wilayah selatan Aek Rantau Panjang. Formasi yang mengandung batubara
diperkirakan pada lapisan dengan besaran tahanan jenis 80-200 ohm meter.
Kata
Kunci: Batubara, potensial, resistivitas
Abstract
The
method of research passed several stages of activities through the data
recovery in the field. Literatures study is starting to geoelectrical theory research,
basic principles of geolelectrical measurement and its relationship with
subsurface physical properties, electrodes arrays according to the objective
physical properties. Theories then will be applying to actual data in the field
and see the comparison with the true cases. Results of data analysis explained
that in the cross section of line I (N1100E) in Aek Rantau Panjang
area can be concluded that on the line have several different layers, as
follows; The first layer is the top soil with 1-1.5 meter thickness and 150
-2150 Ohm meter in electrical resistivity, The second layers is consists of
coal, carbonates clay stone and sandstone with 1.5 – 6 meter thickness and
145-1500 Ohm meter in electrical resistivity, The third layer is consist of
sandstone and clay stone with 4-19 meter
thickness and 25-1350 Ohm meter
in electrical resistivity, The fourth layers consist of clay stone,
carbonates clay stone and sandstone with
50-300 Ohm meter in electrical resistivity. In line II there is no detected the
layer that consist of coal. So from geological views and according to
electrical data measurement can be concluded that Coal deposit is spreading in
southern part. The formation which
composed by coal estimated in layers with electrical resistivity 80-200 ohm
meter.
Key words: Coal, potential, Resistivity
SISTEM PENDUKUNG PEMILIHAN PROPERTY DENGAN METODE
SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING
Swingly Purba, Hafni, Rikardo
Hotman Siahaan dan Indra Kelana Jaya
Fakultas Teknologi Industri, Institut Sains dan Teknologi
TD.Pardede, Medan
Jl. DR. TD.Pardede No. 8, Kampus ISTP, Medan 20153,
Indonesia
Abstrak
Paradigma dalam
mengambil
keputusan
untuk
memilih sesuatu yang diinginkan banyak mengalami perubahan terutama agar dalam
melakukan keputusan tersebut dapat dilakukan secara optimal. Banyak masyarakat, perusahaan maupun instansi pemerintahan
maupun swasta yang mulai menggunakan sistem pendukung keputusan untuk mengoptimalkan pengambilan
keputusan mereka.
Kebiasaan membeli oleh konsumen dalam pemilihan properti dengan memperhatikan berbagai
keunggulan dan kelemahan properti digunakan
sebagai data atau informasi untuk menganalisa model pendukung keputusan. Dalam penelitian ini, penulis mencoba
untuk menggunakan metode SAW
(simple additive weigthing) yang digunakan dalam pengembangan model sistem pendukung keputusan dalam kasus
pemilihan properti.
Simple Additive Weihthing (SAW) merupakan metode
dengan penjumlahan berbobot yang membutuhkan matriks keputusan ke suatu skala
yang dapat diperbandingkan dengan semua rating alternatif yang ada. Dalam
pemilihan properti, kriteria-kriteria yang menjadi acuan penyeleksi
properti beserta bobotnya dimasukkan
kedalam sistem dan penilaian properti terhadap kriterianya. Dengan memasukkan
nilai-nilai yang diperlukan oleh sistem, maka sistem dapat melakukan
perhitungan dan memberikan referensi properti yang terbaik berdasarkan kriteria
dan nilai yang diberikan.
Kata Kunci :
Keputusan, Bobot, Kriteria, Properti
Abstract
Paradigm in the decision to choose something to be desired, especially
in order to change a lot in making the decision can be performed optimally.
Many people, companies and government agencies and the private sector began
using a decision support system for optimizing decision-making them.
Buying habits of consumers in the selection of property by considering
various strengths and weaknesses of the property is used as a data or
information for analyzing the decision support models. In this study, the
authors try to use the method SAW (simple additive weigthing) used in the
development of a decision support system model in the case of property
selection.
Simple Additive Weighthing (SAW) is a weighted sum method by requiring a
decision matrix to a scale that can be compared with existing alternatives all
rating. In the selection of properties, criteria which is used along with
weight selectors property introduced into the system and the property valuation
criteria. By inserting the values required by the system, then the system can
perform calculations and provide the best property references and values
based on a given criteria.
Keywords: Decision, Weight, Criterion, Property
ANALISA FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN
PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI JALAN DI PROVINSI
SUMATERA UTARA
Ferry Hizkia Jonathan
Mahasiswa Magister Teknik Sipil, Konsentrasi Manajemen Proyek
Konstruksi,
Program Pascasarjana Universitas Katolik Parahyangan, Bandung.
ABSTRAK
Pada pekerjaan proyek konstruksi jalan sering terjadi
kendala pada pekerjaan proyek tersebut, baik kendala yang memang sudah diperhitungkan
maupun kendala yang di luar perhitungan perencana. Kendala tersebut menjadi
penyebab terlambatnya penyelesaian proyek, sehingga proyek tersebut tidak
berlangsung sesuai rencana. Berdsasarkan latar belakang ini, penelitian ini
dilakukan sebagai upaya untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang
menyebabkan keterlambatan proyek konstruksi jalan dan mendapatkan peringkat
faktor-faktor keterlambatan tersebut sehingga dapat menentukan prioritas dalam
penanganannya dan menemukan
langkah–langkah yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan penyebab keterlambatan
proyek konstruksi jalan di Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan dengan cara menyebarkan
kuesioner kepada responden dan dianalisa dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) sehingga didapatkan bobot dan
urutan peringkat kriteria dari tertinggi sampai terendah serta bobot sub
kriteria dan 3 sub kriteria tertinggi pada masing-masing kriteria.
Kriteria perencanaan dan penjadwalan 16.61% dengan sub
kriteria metode konstruksi/ pelaksanaan kerja yang salah atau tidak tepat
17.91%, rencana urutan kerja yang tidak tersusun dengan baik/terpadu 16.75%,
dan penentuan durasi waktu kerja yang tidak seksama 16.11%. Kriteria keuangan 14.50%
dengan sub kriteria ketersediaan keuangan selama pelaksanaan pemilik 19.47%,
kesulitan pendanaan di kontraktor 17.20%, dan kesulitan pembayaran oleh pemilik
16.00%. Kriteria peralatan 13.80% dengan sub kriteria kerusakan peralatan
16.86%, produktifitas peralatan 16.73% dan keterlambatan pengiriman/penyediaan
peralatan 15.45%. Kriteria material/bahan konstruksi 12.87% dengan sub kriteria
keterlambatan pengiriman barang 18.25%, kualitas bahan yang kurang baik/tidak
sesuai spesifikasi 15.79% dan ketersediaan material/ bahan konstruksi 14.50%.
Kriteria tenaga kerja 11.58% dengan sub kriteria kemampuan tenaga kerja 16.26%,
Keahlian tenaga kerja 15.09% dan ketersediaan jumlah tenaga kerja yang di
butuhkan sesuai dengan aktifitas pekerjaan yang ada 14.74%. Kriteria manajerial
9.01% dengan sub kriteria komunikasi
antara kontraktor dan pemilik 18.67%, komunikasi antara konsultan dan
kontraktor 16.53% dan pengalaman manajer lapangan 15.87%. Kriteria lingkup dan
kontrak/dokumen 8.07% dengan sub kriteria perubahan desain atau lingkup
pekerjaan pada waktu pelaksanaan 19.39, perencanaan (gambar/spesifikasi) yang
salah/tidak lengkap 17.28% dan ketidaksepahaman antara pembuatan gambar kerja
perencana dan kontraktor 16.23%. Kriteria karakteristik tempat 7.37% dengan sub
kriteria akses ke lokasi proyek 16.34%, lokasi proyek 15.48% dan keadaan
permukaan dan dibawah permukaan tanah 14.50%. Kriteria situasi dan lingkungan
6.20% dengan sub kriteria intensitas curah hujan 23.33%, pengaruh cuaca pada
aktifitas konstruksi 22.35% dan pengaruh keamanan lingkungan terhadap
pembangunan 20.39%.
Kata Kunci : Penyebab Keterlambatan Proyek, Proyek Konstruksi Jalan dan Analytical Hierarchy Process (AHP)
PENDEKATAN
METODE TOPSIS
UNTUK PEMILIHAN
JENIS KONSTRUKSI PADA PEMBANGUNAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (SPAM)
Muhammad
Fadillah
Mahasiswa Magister Teknik
Sipil, Konsentrasi Manajemen Proyek Konstruksi,
Program Pascasarjana
Universitas Katolik Parahyangan, Bandung
ABSTRAK
Pemilihan jenis konstruksi pada Sistem
Penyediaan Air Minum (SPAM) khususnya di perdesaan merupakan salah satu dari bagian penting dalam
perencanaan Sistem Penyediaan Air Minum. Secara umum terdapat beberapa kriteria terpenting dalam
perencanaan air minum perdesaan diantaranya Sumber air baku, jenis konstruksi, jumlah penduduk yang
dilayani, Namun beberapa kriteria pertimbangan dapat ditambahkan sebagai rekomendasi untuk pemilihan. Berdasarkan
kriteria dan bobot yang di asumsikan masing-masing
alternatif jenis konstruksi maka dapat dilakukan penerapan suatu metode untuk
mengkaji suatu pemilihan alternatif. Dalam kasus
ini, dipergunakan metode Techique For Order Preference By Similarty To Ideal Solution (TOPSIS). Metode ini mampu
memecahkan masalah multi dimensi yang terdapat
dalam proses pemilihan jenis konstruksi SPAM. Output dari metode jenis
konstruksi ini adalah pemeringkatan yang dapat digunakan untuk
membantu memilih keputusan yang tepat untuk pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum perdesaan di masa depan.
Kata
kunci : TOPSIS, Jenis Konstruksi SPAM Perdesaan, SPAM
IDENTIFIKASI FAKTOR – FAKTOR RESIKO YANG BERPENGARUH
TERHADAP KUALITAS MUTU PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN PERKERASAN LENTUR
(STUDI KASUS PENINGKATAN STRUKTUR JALAN
DI PALEMBANG
SUMSEL)
Nuramalia
Mahasiswi Magister Teknik
Sipil – Program Manajemen Proyek Konstruksi
Universitas Katolik
Parahyangan Bandung
Abstrak
Infrastruktur sangat
berperan penting dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan bidang ekonomi,
sosial dan budaya. Pembangunan infrastruktur jalan selain sebagai dampak dari
pembangunan juga merupakan tujuan pembangunan oleh karena itu pembangunannya
terus dilakukan. Pembangunan infrastruktur jalan harus mempunyai kualitas mutu
yang baik agar kendaraan yang melintas diatasnya merasakan keamanan dan
kenyamanan. Akan tetapi kenyataannya banyak ditemukan mutu hasil pekerjaan
jalan yang tidak sesuai dengan apa yang disyaratkan sehingga terjadi kerusakan
– kerusakan yang secara umur rencana seharusnya belum waktunya terjadi.
Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui faktor – faktor resiko apa saja yang berpengaruh terhadap
kualitas mutu pelaksanaan pekerjaan perkerasan lentur proyek peningkatan
struktur jalan studi kasus proyek peningkatan struktur jalan di kota Palembang
Sumatera Selatan. Faktor – faktor resiko yang berpengaruh terhadap kualitas
pelaksanaan pekerjaan perkerasan lentur di dapat dari hasil kajian pustaka
serta studi literatur sehingga di dapatkan variabel – variabel resiko yang akan
dijadikan sebagai bahan kuisioner. Kuisioner di bagikan kepada responden yang
terlibat langsung dengan pelaksanaan proyek du lapangan.
Berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilakukan, maka didapatkan hasil peringkat resiko sebagai
berikut : Faktor peralatan merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap
mutu pelaksanaan pekerjaan jalan perkerasan lentur dengan prosentase sebesar
54,68%, faktor sumber daya manusia 47,37%, faktor eksternal 46,87%, faktor
cuaca 43,75%, faktor material 41,66%, faktor manajerial 41,65% serta adanya
change order sebesar 31,25%.
Kata
kunci : Kualitas, Mutu, Proyek jalan perkerasan lentur
FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI RISIKO BIAYA KONSTRUKSI TERHADAP JENIS KONTRAK LUMPSUM DAN KONTRAK HARGA
SATUAN DALAM PROYEK KONSTRUKSI DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)
Milsa
Setiaputri
Mahasiswa Magister Teknik Sipil –
Program Manajemen Proyek Konstruksi
Universitas Katolik Parahyangan, Bandung
ABSTRAK
Dalam menangani suatu proyek
kontruksi, Kontraktor, Konsultan maupun Owner pasti menginginkan keuntungan
terbesar dengan risiko yang terkecil. Adanya risiko tersebut dapat diantisipasi
dengan menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi risiko biaya konstruksi
khususnya dalam hal ini terhadap jenis Kontrak Lumpsum dan Kontrak Harga Satuan
karena kedua jenis kontrak tersebut paling sering digunakan dalam bidang
konstruksi.
Metode
yang digunakan dalam menganalisa pemilihan jenis kontrak tersebut adalah Metode
Analytic Hierarchy Process (AHP). Pengumpulan data diperoleh dari penyebaran
kuesioner terhadap 20 responden, kemudian proses analisis dimulai dengan
mendefinisikan masalah, dan membuat struktur hierarki. Adapun beberapa kriteria
yang dijadikan fungsi penilaian faktor risiko biaya konstruksi yaitu perbedaan
kondisi di lapangan dengan yang tercantum dalam kontrak, pengadaan pekerjaan
tambah kurang (Variation Order),
lingkup kerja yang tidak lengkap dan/atau tidak sesuai dengan gambar dan
spesifikasi, tingkat kesulitan konstruksi khusus yang belum pernah dilaksanakan
sebelumnya (metode kerja tertentu), permasalahan dalam pembayaran, misalnya
keterlambatan pembayaran hasil pekerjaan, kenaikan harga bahan, material dan
peralatan, pekerjaan ulang (rework)
yang disebabkan oleh perubahan desain, kelebihan material (waste) akibat perubahan lingkup pekerjaan dan perubahan jadwal
pekerjaan (schedule) atas permintaan/
interupsi Owner. Faktor-faktor di atas mempengaruhi risiko biaya konstruksi
terhadap jenis kontrak konstruksi yang digunakan sehingga menjadi sangat
penting dalam menentukan faktor mana yang paling dominan dalam pemilihan jenis
kontrak tersebut.
Berdasarkan
hasil perhitungan dan analisa diperoleh peringkat 1 dengan bobot 14,33% yaitu pekerjaan
ulang (rework) yang disebabkan oleh
perubahan desain yang diurutkan berdasarkan peringkat penilaian, dimana faktor
tersebut sangat mempengaruhi risiko kenaikan biaya konstruksi dalam suatu
proyek.
ESTIMASI BIAYA PROYEK KONSTRUKSI MENGGUNAKAN
BILANGAN FUZZY
Ronny S. Palumean
Mahasiswa
Magister Teknik Sipil - Konsentrasi Manajemen Proyek Konstruksi
Universitas
Katolik Parahyangan Bandung
Abstrak
Dalam proyek pemerintah estimasi
biaya proyek mempunyai peranan penting dalam penyusunan Harga Perkiraan Sendiri
maupun evaluasi harga satuan pekerjaan pada saat pengadaan maupun pelaksanaan
pekerjaan fisik. Estimasi biaya umumnya dilakukan dengan menggunakan analisis statistik
terhadap data historis. Keakuratan estimasi sangat dipengaruhi oleh kualitas
dan kuantitas data yang diperlukan. Namun seringkali data ini tidak cukup
tersedia, tidak jelas dan tidak pasti. Pendekatan lain yang dapat dilakukan
untuk menyelesaikan permasalahan tersebut adalah teori himpunan fuzzy. Teori ini ditujukan untuk
menyelesaikan permasalahan ketidaktepatan dan ketidakpastian. Dalam melakukan
analisis estimasi biaya, ketidakpastian informasi dapat dinyatakan dalam
bilangan fuzzy segi tiga yang
menggambarkan nilai terendah, nilai yang paling mungkin, dan nilai tertinggi
dari suatu variabel input. Tulisan ini menggunakan Pedoman Analisis Harga
Satuan Pekerjaan-Bina Marga untuk melakukan estimasi biaya. Input data yang
tidak pasti dinyatakan dalam bilangan fuzzy
segi tiga. Hasil estimasi berupa bilangan
fuzzy segi tiga yang menggambarkan nilai proyek konstruksi yang paling
rendah, paling mungkin dan yang paling tinggi. Pengambil keputusan dapat
menentukan nilai proyek sesuai dengan tingkat kemungkinan yang diinginkan. Dari
bilangan fuzzy hasil estimasi dapat
diperoleh nilai rata-rata, tingkat kemungkinan, standar deviasi, ukuran ke-fuzzy-an, ukuran ambiguity, dan indeks
kualitas bilangan fuzzy.
Kata kunci: estimasi biaya, bilangan fuzzy, AHSP Bina Marga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar